Peluncuran Buku. Wisata Alam Wilayah Gunung Gede Pangrango
Kompas, Senin, 12 Maret 2007
Kompas, Senin, 12 Maret 2007
Jakarta, Kompas - Mendaki dan mengelilingi kaki Gunung Gede Pangrango akan menjadi lebih mudah setelah empat peta treking dan buku panduannya diluncurkan di Jakarta, akhir pekan lalu. Buku dan peta tersebut merupakan Seri Puncak Trek, yang dimaksudkan agar pengguna/treker dapat bernavigasi sendiri melintasi jalan setapak di kaki gunung.
"Ini memungkinkan wisata mandiri karena banyak informasi tersedia di buku dan peta," kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Novianto Bambang dalam peluncuran buku yang disusun Wahana Informasi Pariwisata Alam (WIPA) di Jakarta, Sabtu (10/3).
Buku dan peta yang disusun selama delapan tahun itu secara detail berdasarkan pada rupa bumi, meliputi wilayah di atas Pasar Ciawi dan Cisarua di Kabupaten Bogor dan di atas Pasar Cipanas dan Cugenang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Buku ini berisi gambaran geografi dan sejarah kampung-kampung, perkebunan teh, dan tempat lain. Adapun peta yang berskala 1:16.667 dirancang khusus untuk lapangan dan dicetak pada kertas tahan air. Masing-masing peta meliputi 50 kilometer persegi, termasuk di dalamnya empat rute keliling berjarak tempuh setengah hari hingga satu hari.
Alex Korns—warga Amerika Serikat, yang juga salah satu pencetus pembuatan peta itu— mengatakan bahwa peta akan sangat membantu para peminat berkeliling Gunung Gede Pangrango. "Dulu sulit mengingat lintasan yang pernah dilalui. Juga butuh waktu lama karena buta wilayah," kata Alex yang rutin treking di kaki Gunung Gede pada tahun 1991-1997.
Kini, pembawa peta tinggal memilih lokasi yang ingin mereka tuju. Rute-rutenya pun jelas tergambar di peta.
"Peta ini memberi gambaran pengunjung di mana menikmati kehidupan satwa liar, lingkungan dan aktivitas desa, keindahan alam seperti air terjun dan banyak lagi," kata Andi Basuki dari WIPA.
Partisipasi warga
Melalui buku dan peta, pengunjung diharapkan dapat memilih sendiri lokasi tujuannya. Persinggungan pengunjung dengan masyarakat desa diharapkan mendatangkan keuntungan finansial bagi warga.
Dampak ikutannya, warga menyadari lingkungan sebagai aset yang harus dijaga. Secara langsung, partisipasi warga menjaga lingkungan pun terwujud.
Beberapa peserta yang menghadiri peluncuran buku itu mengatakan, keberadaan buku dan peta sejenis sangat dibutuhkan. Itulah buku dan peta lengkap kawasan wisata pegunungan yang pernah ada di Indonesia.
"Di negara-negara maju sudah sangat biasa adanya peta semacam ini. Ini sangat membantu pengunjung," kata Alex. Penyusunan hingga penerbitannya dibantu beberapa lembaga donor asing dan harian Kompas. (GSA)
"Ini memungkinkan wisata mandiri karena banyak informasi tersedia di buku dan peta," kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Novianto Bambang dalam peluncuran buku yang disusun Wahana Informasi Pariwisata Alam (WIPA) di Jakarta, Sabtu (10/3).
Buku dan peta yang disusun selama delapan tahun itu secara detail berdasarkan pada rupa bumi, meliputi wilayah di atas Pasar Ciawi dan Cisarua di Kabupaten Bogor dan di atas Pasar Cipanas dan Cugenang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Buku ini berisi gambaran geografi dan sejarah kampung-kampung, perkebunan teh, dan tempat lain. Adapun peta yang berskala 1:16.667 dirancang khusus untuk lapangan dan dicetak pada kertas tahan air. Masing-masing peta meliputi 50 kilometer persegi, termasuk di dalamnya empat rute keliling berjarak tempuh setengah hari hingga satu hari.
Alex Korns—warga Amerika Serikat, yang juga salah satu pencetus pembuatan peta itu— mengatakan bahwa peta akan sangat membantu para peminat berkeliling Gunung Gede Pangrango. "Dulu sulit mengingat lintasan yang pernah dilalui. Juga butuh waktu lama karena buta wilayah," kata Alex yang rutin treking di kaki Gunung Gede pada tahun 1991-1997.
Kini, pembawa peta tinggal memilih lokasi yang ingin mereka tuju. Rute-rutenya pun jelas tergambar di peta.
"Peta ini memberi gambaran pengunjung di mana menikmati kehidupan satwa liar, lingkungan dan aktivitas desa, keindahan alam seperti air terjun dan banyak lagi," kata Andi Basuki dari WIPA.
Partisipasi warga
Melalui buku dan peta, pengunjung diharapkan dapat memilih sendiri lokasi tujuannya. Persinggungan pengunjung dengan masyarakat desa diharapkan mendatangkan keuntungan finansial bagi warga.
Dampak ikutannya, warga menyadari lingkungan sebagai aset yang harus dijaga. Secara langsung, partisipasi warga menjaga lingkungan pun terwujud.
Beberapa peserta yang menghadiri peluncuran buku itu mengatakan, keberadaan buku dan peta sejenis sangat dibutuhkan. Itulah buku dan peta lengkap kawasan wisata pegunungan yang pernah ada di Indonesia.
"Di negara-negara maju sudah sangat biasa adanya peta semacam ini. Ini sangat membantu pengunjung," kata Alex. Penyusunan hingga penerbitannya dibantu beberapa lembaga donor asing dan harian Kompas. (GSA)
No comments:
Post a Comment