HUJAN BADAI, GUNUNG SEMERU DITUTUP
Masih Terdapat Sekitar 30 Pendaki
Oleh: Dahlia Irawati
Kompas Jawa Timur, Sabtu, 06 Jan 2007 Halaman: 5
Akibat cuaca buruk yang ditandai dengan hujan badai, angin kencang, dan suhu udara dingin, per Senin (8/1) mendatang Gunung Semeru ditutup sementara dari segala macam kegiatan pendakian. Gunung tertinggi di Pulau Jawa ini akan dibuka kembali jika kondisi cuaca sudah dinyatakan tidak berbahaya.
"Keputusan ini didasarkan pada informasi dari stasiun vulkanologi di Gunung Sawur dan pengamatan visual adanya hujan badai, suhu dingin, serta pohon tumbang di Gunung Semeru," tutur Kepala Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Joko Prihatno, Jumat (5/1) di Malang.
Menurut Joko, penutupan ini baru diberlakukan pekan depan karena memberikan kesempatan bagi para pendaki yang naik sejak beberapa waktu lalu. Hingga saat ini terdapat sekitar 30 pendaki di sana.
Selain untuk keselamatan pengunjung, penutupan tersebut dilakukan untuk pemulihan ekosistem di sana. "Biasanya akibat banyaknya pendaki yang berkunjung ke Semeru, sejumlah tanaman atau tanah di sana mengalami kerusakan terutama akibat jejak-jejak pendaki," ujar Joko. Per tahun pengunjung di Gunung Semeru rata-rata mencapai 6.000 orang.
Kondisi cuaca yang buruk sudah terasa sejak malam pergantian tahun 2006-2007. Saat itu terjadi hujan lebat dan angin kencang yang membuat pepohonan tumbang di lima titik arah Gunung Bromo - Gunung Penanjakan (utara Bromo) serta menimbulkan tanah longsor di enam titik di luar kawasan TNBTS (arah Bromo menuju Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Probolinggo).
"Bahkan dua hari lalu, antena komunikasi kami di Gunung Penanjakan patah karena angin kencang. Akibatnya, hingga kini komunikasi ke sana terganggu," tutur Joko. Ditargetkan perbaikan antena selesai dalam beberapa hari ke depan.
Joko mengakui, TNBTS dan Stasiun Vulkanologi Gunung Sawur tidak memiliki data mengenai tingkat kecepatan angin dan curah hujan di sana karena tidak memiliki alat untuk memantau curah hujan serta kecepatan angin.
"Memang data kecepatan angin dan curah hujan hanya berdasarkan kenampakan visual yang terlihat langsung di lapangan. Untuk data ukuran resminya, kami tidak punya karena tidak ada alatnya," kata Joko.
Deteksi dini
Tahun ini TNBTS, menurut Joko, akan melengkapi peralatan seperti alat pengukur kecepatan angin dan pengukur curah hujan sebagai peralatan early warning system (sistem deteksi dini) kemungkinan bencana. Ini termasuk rencana akan dibuatnya bungker untuk perlindungan bagi wisatawan jika sewaktu-waktu terjadi letusan di sekitar tangga menuju kawah Gunung Bromo.
No comments:
Post a Comment