TIDAK HANYA SATU JALAN MENUJU KABUPATEN KERINCI
KOMPAS - Jumat, 09 Sep 2005 Halaman: 37
Oleh: H Nasrul Thahar

Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, adalah sebuah keindahan. Keindahan panorama alam yang memesona, kaya tradisi dan budaya. Kabupaten paling barat di Provinsi Jambi ini terletak di punggung Pegunungan Bukit Barisan yang selalu menarik untuk dikunjungi, diteliti, dipelajari, dan diabadikan.

Para pemburu foto tidak akan puas-puasnya mengabadikan Kerinci yang merupakan enklave Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) dengan ketinggian terendah 725 meter dan tertinggi 3.805 meter di atas permukaan laut (dpl).

Ada puluhan obyek wisata yang menarik untuk didatangi dan diabadikan. Danau Kerinci dengan luas 4.200 hektar yang penuh pesona. Gunung Kerinci menjulang tinggi, merupakan gunung api tertinggi di Sumatera dengan puncaknya 3.805 meter dpl menjadi simbol keindahan Kerinci. Kemudian juga ada perkebunan kayu manis (Cassiavera atau
Cinamoun burmanni).

Sedangkan untuk obyek wisata budaya, ada Masjid Agung Pondok Tinggi yang dibangun secara gotong royong oleh masyarakat pada tahun 1874 dengan dinding bambu dan atap ijuk. Tahun 1890 dinding diganti dengan kayu berukir, kemudian atap diganti seng.

Batu Berukir atau Batu Lesung yang terletak di Desa Muak, Kecamatan Gunung Raya. Tari Rangguk, tari spesifik Kerinci yang populer dan telah berulang kali dipertunjukkan di negara-negara anggota ASEAN.

Pengunjung yang datang ke Kerinci bisa pula melihat masjid yang dijadikan monumen gempa di Desa Kota Iman, Kecamatan Danau Kerinci. Masjid Kota Iman tersebut hingga kini tetap dibiarkan sebagaimana bentuknya setelah digoyang gempa bumi-sebagian dinding hancur dan retak, bagian atas rusak berat, tetapi masih berdiri tegak.

Arah jalan
Kata tidak hanya satu jalan ke Kerinci secara harfiah diartikan memang ada tiga jalur jalan darat yang bisa ditempuh untuk mencapai Kabupaten Kerinci. Pertama dari Kota Jambi-Bangko (ibu kota Kabupaten Merangin)-Muaraemat-Sanggaran Agung-Sungaipenuh 465 km. Dua jalur dari Padang, Sumatera Barat, Padang-Sungaipenuh (Kerinci) melalui Pesisir Selatan 277 km dan Padang-Sungaipenuh melalui Muaralabuh 225 km.

Kabupaten Kerinci dengan topografi bergelombang dan berbukit membentang dari Gunung Kerinci di utara hingga Gunung Raya di selatan. Sedangkan dari segi hunian, penduduk setempat sering menyebutnya sebagai Kerinci dari Siulak di mudik (utara) sampai ke Tamiai di hilir (selatan).

Di tengah lembah Kerinci dari Siulak di mudik mengalir Batang Merao yang bermuara di Danau Kerinci, lalu airnya keluar melalui Batang Merangin meliuk-liuk di kawasan pegunungan, masuk ke Batang Tembesi di Sarolangun, dan selanjutnya bergabung dengan Sungai Batanghari di Kabupaten Batanghari, kemudian ke pantai timur Sumatera.

Di samping melalui jalan darat, Kerinci bisa dicapai melalui udara. Bandara Depati Parbo, Kabupaten Kerinci, dengan panjang landasan pacu 1.000 meter sudah bisa didarati pesawat kecil, 25-30 penumpang. Tahun ini panjang landasan pacu ditambah 250 meter lagi agar bisa didarati pesawat sejenis Foker-27 dengan 50 penumpang. Tahun 2006 ditambah 250 m sehingga landasan seluruhnya menjadi 1.500 m.

Sejak lima tahun lalu hubungan darat dari Kota Jambi ke Kerinci terganggu akibat jalan Kota Jambi-Bangko-Sungaipenuh mengalami kerusakan yang cukup parah, terutama ruas Muaratembesi-Sarolangun 104 km dan Bangko-Muaraemat-Sanggaran Agung-Sungaipenuh 165 km. Akibatnya, waktu tempuh dengan bus umum menjadi 12- 13 jam, dengan kendaraan travel (minibus) 10 jam.

Meski jalan rusak berat, bus dan kendaraan travel tetap melalui jalur ini dan hampir selalu dipadati penumpang. Pengunjung yang ingin ke Kerinci, khususnya dari Kota Jambi, disarankan untuk memesan tiket bus atau travel satu atau dua hari sebelum hari keberangkatan.

Pengunjung meningkat
Tidak akan berhenti (berkurang) orang datang ke Kerinci. Pernyataan itu menggambarkan bagaimana daya tarik Kerinci yang kuat bagi para pengunjung. Keterisolasian secara fisik dari ibu kota provinsi, Kota Jambi, tidak membuat orang enggan datang ke Kerinci.

Kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara ke kabupaten di puncak Pulau Sumatera atau Puncak Andalas itu tiap tahun terus meningkat. Sebagian besar wisatawan datang melalui Sumatera Barat karena jalan Sungaipenuh-Padang via Muara Labuh mulus dengan waktu tempuh enam jam.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kerinci Anizar mengungkapkan kepada Kompas akhir Juli 2005 bahwa jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kerinci tahun 2004 mencapai 350.935 orang, di antaranya 2.807 wisatawan asing (Belanda, Inggris, Jerman, Jepang, Australia, Malaysia, dan Singapura).

"Tahun 2005 kunjungan wisatawan ke Kerinci diprediksi 378.079 orang atau naik 15 persen dibanding 2004 dengan rincian 2.953 wisman, sisanya wisatawan nusantara," ungkapnya.

Tahun 2006 kunjungan wisatawan ditargetkan naik lagi sekitar 20 persen dibanding tahun 2005 atau sebanyak 394.246 orang dengan 3.495 wisatawan mancanegara. Sebagai perbandingan, tahun 2000 hanya ada 268.208 wisatawan (1.788 wisman) berkunjung ke Kerinci, tahun 2001 naik menjadi 291.155 orang (2.690 orang), tahun 2002 316.763 orang (2.897 orang), dan tahun 2003 menjadi 330.739 orang (2.703).

Kerinci telah dikenal sejak awal abad ke-19 atau 1800-an oleh kolonial Eropa. Artinya, sejak saat itu Kerinci telah dikenal masyarakat internasional. Kerinci dilukiskan sebagai daerah yang memiliki kekayaan dan keindahan alam luar biasa.

Masyarakat tinggal di berbagai desa dan berada di bawah pengaturan tokoh adat. Kekayaan hutan yang berlimpah merupakan potensi yang luar biasa. Saat itu hasil yang diperoleh dari kekayaan hutan diperuntukkan membeli barang yang tidak bisa dihasilkan
masyarakat setempat, seperti besi.

Lahan berupa dataran tinggi dan sedang, iklim yang baik dan cocok untuk pertanian, padi tumbuh subur, menjadi salah satu andalan bagi daerah ini. Orang Kerinci asli merupakan penduduk yang paling dominan di daerah ini.

Tahun 1800-an kelompok etnis seperti Minangkabau dan China datang dan menetap. Kemudian pada era kolonialis Belanda tahun 1930-an datang kelompok etnis Jawa yang dipekerjakan pada perkebunan teh di Kayu Aro.

Kawasan konservasi
Kabupaten Kerinci dengan penduduk sekitar 365.000 jiwa memiliki luas 420.000 hektar, 215.000 hektar atau sekitar 51,2 persen merupakan kawasan konservasi TNKS yang harus dilestarikan. Lainnya, sawah 17.279 hektar, ladang 31.873 hektar, tegal (kebun) 73.104 hektar, hutan rakyat 1.740 hektar, lahan penggembalaan dan padang rumput 28.025 hektar, lahan telantar 11.089 hektar. Sisanya rawa, kolam, dan sebagainya.

Sebagai enklave dan pusat pengelolaan TNKS, Kabupaten Kerinci memiliki arti yang sangat strategis. Kelebihan dan keuntungan Kerinci adalah karena daerahnya dikelilingi TNKS. Sebagai kawasan konservasi, TNKS memiliki keanekaragaman hayati hutan hujan tropis tinggi, hidrologi dan daya tarik TNKS berada di Kabupaten Kerinci.

Di kawasan hutan konservasi TNKS terdapat 139 jenis burung, 36 jenis mamalia, 10 jenis reptil, 6 jenis amfibi, dan delapan jenis primata. Dari semua jenis fauna itu terdapat beberapa jenis yang dilindungi dari kepunahan, seperti badak sumatera (Dicerorhinus
sumatrensis), kambing hutan (Copricornis sumatrensis), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrensis), dan gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis).

Ada berbagai jenis flora yang keseluruhannya lebih dari 4.000 spesies. Di antaranya pinus mercusii strain Kerinci, kayu pacet (Harpullia arborea) yang memiliki warna sangat menarik. Bunga raflesia (Raflesia arnoldi), dan bunga bangkai (Amorphophalus
titanum) yang merupakan bunga tertinggi di dunia.

TNKS ditetapkan 1.375.934 hektar, memanjang hampir 350 km dengan lebar sekitar 50 km dari barat laut ke tenggara meliputi empat provinsi, yaitu Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumsel.

"Kerinci dikenal masyarakat internasional sebagai daerah yang memiliki kekayaan dan keindahan alam luar biasa."


MBAH KUSNO, PELESTARI GUNUNG KERINCI
KOMPAS Rabu, 14 Jun 2006 Halaman: 16
Oleh Ilham Khoiri

Bila Gunung Merapi di Yogyakarta punya Mbah Maridjan sebagai juru kunci, Gunung Kerinci di perbatasan Provinsi Jambi dan Sumatera Barat punya Mbah Kusno.

Gunung Kerinci sedang mengeluarkan awan putih tipis ke arah timur laut pagi awal Juni lalu. Dari depan rumahnya di Desa Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Mbah Kusno menatap puncak gunung.

Di kaki gunung, ribuan hektar tanaman teh terhampar hijau indah seperti beludru. Perkebunan sayur dan hamparan pohon kayu manis (Cassiavera) dengan daun muda merah membuat kaki gunung semakin menawan.

"Kalau Gunung Kerinci mengeluarkan asap, itu sehat. Mungkin aliran magmanya tersumbat batu, jadi gunung mengeluarkan semacam gas panas. Gunung Kerinci belum meletus dalam waktu dekat," kata Mbah Kusno dengan wajah tenang.

Gunung berapi pada ketinggian 3.805 meter di atas permukaan laut itu sempat menyemburkan abu putih ke Solok Selatan, Sumatera Barat, awal Mei lalu. Direktorat Vulkanologi Geologi dan Mitigasi Bencana Kayu Aro mencatat, Kerinci mengeluarkan awan putih setinggi ratusan meter dan frekuensi gempanya meningkat. Gunung itu aktif, tetapi normal.

Penjelasan Mbah Kusno yang tidak bertentangan dengan kesimpulan Direktorat Vulkanologi dipegang masyarakat dan petani Kersik Tuo. Dengan tenang mereka menanam berbagai jenis sayuran di areal perkebunan di kaki gunung
.
Lebih dari itu, petani juga mengikuti saran Mbah Kusno, melestarikan lingkungan dengan menanam berbagai jenis pohon berbunga di pekarangan dan lereng Kerinci yang bibitnya berasal dari setek pohon-pohon di kebun Kusno. "Saya tidak rugi membagi bibit tanaman berbunga, seperti kelengkeng, avokad, jeruk, atau anggrek. Kalau tanaman itu tumbuh dan berbunga, saya bisa titip lebah saya," kata Kusno.

Kusno memiliki 60 kotak lebah di pekarangan penuh bunga seluas 1.600 meter persegi. Setiap bulan, dia memanen sekitar 30 kilogram madu yang harganya Rp 80.000 per kg.

"Saya bisa panen madu dan punya penghasilan sekitar Rp 2,4 juta per bulan, sama dengan menanam kentang di dua hektar lahan, itu pun harga jualnya turun naik. Jadi, sebenarnya petani tak perlu merambah hutan untuk bercocok tanam," katanya.

Kusno juga memelopori penghijauan dengan tanaman keras, terutama yang buahnya bisa dinikmati warga, seperti durian, suren, petai, avokad, kemiri, atau aren, yang bibitnya sebagian besar berasal dari Dinas Kehutanan dan Konservasi Kabupaten Kerinci. Kakek itu memang sudah menjadi kader penghijauan sejak tahun 1985.

Kusno terlibat dalam beberapa program besar konservasi di Taman Nasional Kerinci Seblat, terutama di kawasan lereng Kerinci, antara lain pada tahun1987, dari membagi bibit hingga memeriksa hasil penanaman.

"Tak semua bibit tumbuh baik, bahkan ada yang mati karena kurang perawatan. Tetapi, bibit yang tersisa tumbuh jadi pohon besar sampai sekarang. Penghijauan butuh kesabaran dan perjuangan tiada henti," kata kakek dari 50 cucu dan 20 cicit itu.

Ritual sedekah bumi dan surti atau berdoa bersama di Gunung Kerinci yang dipelopori Kusno sejak sekitar 30 tahun lalu juga menarik perhatian warga. Kedua ritual itu berisi syukuran dan doa bersama dengan memotong kerbau pada awal bulan Sura dalam kalender Jawa. Seluruh biaya, yang bisa mencapai Rp 15 juta, ditanggung Kusno dengan sedikit sumbangan warga.

Hingga kini, Kusno masih rutin naik gunung untuk menegur perambah nakal. Jika perlu, dia menggalang perjuangan bersama warga setempat.Hijrah

Ayah Kusno, Raden Sumangun, abdi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang hijrah ke Kerinci untuk membuka perkebunan teh yang dirintis Belanda tahun 1911. Saat hamil, istri Sumangun dititipkan di rumah keluarga di kawasan Tamansari, Yogyakarta, sampai melahirkan bayi Kusno tahun 1919.

Kusno kecil tinggal di dekat lingkungan keraton dan saat remaja gemar bertapa di sejumlah puncak gunung di Jawa. Bersama abdi dalem dan masyarakat, Kusno juga kerap menghadap Sultan Hamengku Buwono (HB) VIII (1921-1939).

Dalam salah satu pertemuan, HB VIII menitahkan Kusno menyusul ayahnya ikut menjagaGunung Kerinci. Tahun 1939 Kusno benar-benar hijrah dan tinggal di kawasan perkebunan teh di Kersik Tuo.

Mulanya dia hanya mengawasi Gunung Kerinci demi keselamatan ribuan masyarakat Jawa di sekitar situ. Lama-kelamaan, Kusno yang rutin bersemadi sambil berpuasa hingga belasan hari di Gunung Ayam, salah satu dataran di puncak Kerinci, untuk menjaga kedekatan dengan Kerinci melestarikan lingkungan gunung itu untuk kepentingan semua orang dari berbagai etnis.

Berkat komitmennya itu, dia menerima sejumlah penghargaan, antara lain kader konservasi alam dari Menteri Kehutanan RI tahun 1997, penggiat konservasi alam dari Gubernur Jambi dan Bupati Kerinci, serta penghargaan untuk ketekunan menanam pohon berbunga dan peternakan lebah madu dari Dinas Kehutanan dan Konservasi Kabupaten Kerinci.

"Petani, warga desa, pejabat, dan semua orang punya kepentingan pada lestarinya hutan di Gunung Kerinci. Kalau meninggal, semua orang di sini juga akan dikubur di tanah Kerinci. Jadi, kenapa tak menghormati dan melestarikan Kerinci?" tanya Kusno.


JANGAN MATI DULU SEBELUM KE KERINCI
KOMPAS - Sabtu, 26 Jul 2003 Halaman: 32 Penulis: Thahar, Nasrul

PANORAMA alam Kabupaten Kerinci yang terletak 425 kilometer di barat Kota Jambi adalah karunia Tuhan yang tiada terhingga. Daerah ini memiliki puluhan obyek wisata alam yang sangat menarik untuk dikunjungi, baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara.

KERINCI kaya dengan keanekaragaman hayati, flora, dan fauna. Namun, bukan itu saja yang membuat Kerinci patut dikunjungi oleh para wisatawan. Kabupaten ini memiliki keindahan budaya dan tradisi yang melembaga, peninggalan sejarah, seni tari, lagu, dan barang kerajinan.

Karena kekayaannya itu, Kerinci ibarat "sekepal tanah surga yang dicampakkan ke Bumi". Maka tak heran jika kemudian muncul ungkapan, "jangan mati dulu sebelum ke Kerinci".

Membicarakan keindahan panorama alam di kabupaten paling barat di Provinsi Jambi ini seakan tidak akan pernah habis. Kerinci dengan luas wilayah 420.000 hektar, sekitar 51,2 persen atau 215.000 hektar di antaranya merupakan kawasan konservasi Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS). Sisanya, 205.000 hektar (48,8 persen), merupakan kawasan peruntukan. Keindahan alam Kerinci dengan TNKS ibarat sekeping mata uang dengan dua sisi, tidak bisa dipisahkan.

Kabupaten Kerinci merupakan enklave dataran tinggi terbesar di dunia, dikelilingi oleh TNKS. Udaranya sejuk, rata- rata per tahun minimum 17 derajat celcius, dan maksimum 27 derajat celcius. Berada pada ketinggian 700-2.000 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan titik tertinggi puncak Gunung Kerinci 3.805 meter dpl.

Pemerintah Kabupaten Kerinci sejak lima tahun terakhir terus bergiat mempromosikan keindahan alamnya sebagai obyek wisata ke tingkat nasional maupun internasional. Di daerah ini tersedia wisata alam, agrowisata, wisata budaya, dan sejarah.

Sekitar 70 persen obyek wisata di Provinsi Jambi berada di Kabupaten Kerinci dan relatif berdekatan sehingga mudah dikunjungi. Satu bentuk promosi yang dilakukan adalah digelarnya Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci (FMPDK), yang tahun ini merupakan yang keempat kalinya dilaksanakan.

FMPDK terbukti mengundang perhatian luar biasa besar, bukan hanya dari masyarakat Kabupaten Kerinci, tetapi juga wisatawan domestik dan mancanegara. Tentu saja tidak ketinggalan masyarakat asal Kerinci yang tinggal di luar Kerinci, termasuk di luar negeri, seperti di Singapura dan Malaysia. Upacara pembukaan, 6 Juli lalu, sedikitnya dihadiri 55.000 pengunjung.

Festival ini juga menampilkan acara unik, yaitu pacu anjing yang dilaksanakan di Lapangan Merdeka Sungaipenuh.

Sekitar 100 anjing adu cepat mengejar anak babi. Sekali putaran, 10 anjing berikut dengan nomor pesertanya dilepas serentak untuk mengejar seekor anak babi hutan yang diikat pada jarak sekitar 75 meter.


SEBUAH kabupaten dengan penduduk 357.450 orang bisa melaksanakan sebuah festival budaya yang bisa dikategorikan sebagai event nasional di bidang kebudayaan dan pariwisata patut diacungi jempol. Tinggal selangkah lagi, yaitu publikasi dan promosi, untuk dapat dikategorikan sebagai festival bertaraf internasional.

Ruslan (52) dan keluarga, penduduk Desa Pelompek, Kecamatan Kayu Aro, misalnya, mengaku berangkat dari rumahnya yang terletak sekitar 60 km sebelah utara Danau Kerinci setelah shalat subuh. "Kami bawa nasi dan carter kendaraan. Apakah hari ini ada pertunjukan lukah gilo (lukah gila)?" tanyanya.

Lukah gilo adalah kesenian masyarakat Kerinci yang dimainkan beberapa orang dalam suasana gembira. Lukah gilo merupakan permainan yang menarik untuk diikuti, dan mengandung unsur magis.

Permainan menggunakan lukah (alat tangkap ikan) yang setelah diberi mantra menjadi liar, bergerak sendiri, dan memiliki kekuatan yang luar biasa. Orang yang mengadakan pertunjukan ini seolah tidak sanggup menghentikan gerakan lukah. Dalam permainan ini, penonton bisa mencoba memegang dan mengendalikan lukah.

Turis asal Belanda, Katy (29) dan pasangannya yang terkagum-kagum dan sibuk mengambil foto berbagai acara FMPDK mengaku sudah berada di Kerinci sejak dua hari sebelum FMPDK IV dibuka. Pengunjung mancanegara lainnya, Mark (45) asal Jerman, yang sudah sepekan di Kerinci mengaku kagum dengan keindahan alam dan budaya daerah itu. Hampir setiap hotel di kota Sungaipenuh ditemukan turis mancanegara, umumnya dari negara-negara Eropa, seperti Belanda, Jerman, Inggris, dan Perancis.


Pembukaan FMPDK IV ditandai dengan pemukulan beduk yang dihiasi ornamen budaya masyarakat Kerinci oleh Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Amien Rais, didampingi Gubernur Jambi H Zulkifli Nurdin, dan Bupati Kerinci Fauzi Siin.

Sebelum festival dibuka, dilakukan pawai budaya dari seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Kerinci, melintasi panggung kehormatan. Setiap kontingen kecamatan menampilkan ragam corak atraksi budaya dan kesenian, lengkap dengan pakaian dan atribut masing-masing. "FMPDK sudah melekat di hati masyarakat Kerinci dan sekaligus merupakan kesempatan untuk memperkokoh silaturahmi, baik yang berada di kampung halaman maupun di perantauan," ujar Amir Syam, staf Bagian Infokom Pemkab Kerinci.

BAGAIMANA mencapai Kabupaten Kerinci? Kerinci bisa dicapai melalui empat jalur jalan darat. Pertama, jalur kota Jambi-Sarolangun-Bangko- Sungaipenuh (420 km) dengan waktu tempuh 10-12 jam. Di musim hujan, waktu perjalanan bisa menjadi 12-14 jam.

Kedua, dari Padang ke Sungaipenuh melalui Muaralabuh (180 km), dengan waktu tempuh empat hingga enam jam. Ruas jalan ini relatif baik, dan merupakan ruas jalan yang paling banyak digunakan.

Ketiga, Padang-Sungaipenuh lewat Painan, Pesisir Selatan (277 km) dengan waktu tempuh lima sampai tujuh jam. Terakhir dari Bengkulu-Sungaipenuh melalui Bengkulu Utara (420 km) dengan waktu tempuh 10 jam.

Melewati semua ruas jalan ini tersedia angkutan umum yang cukup banyak, baik bus maupun kendaraan travel. Ongkos naik bus Jambi-Sungaipenuh Rp 40.000 per penumpang, dan mobil travel Rp 55.000 per penumpang. Juga tersedia kendaraan carteran. Meskipun terdapat kerusakan di banyak tempat, semua ruas jalan ini bisa ditempuh dengan semua jenis kendaraan. Dari segi keamanan, kawasan ini cukup aman,
baik siang maupun malam.

Rumah makan dan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) tersedia pada setiap jarak 60 km, kecuali di ruas Bangko-Sungaipenuh, SPBU hanya ada di Bangko (Kabupaten Merangin) dan Sungaipenuh, Kerinci.

Sejak awal Juli 2003, Kabupaten Kerinci dapat dicapai dengan pesawat udara dari Jambi. Penerbangan Kerinci Air dengan pesawat kecil melayani rute Bandara Sulthan Thaha (Jambi)-Bandara Depati Parbo (Kerinci) setiap hari, bahkan dua hingga tiga penerbangan sehari.

Hal ini dimungkinkan setelah adanya perbaikan dan peningkatan lapangan parkir pesawat, landasan pacu, ruang tunggu, dan fasilitas lainya di Bandara Depati Parbo Kerinci. "Saat ini panjang landasan pacu Bandara Depati Parbo baru 750 meter. Rencananya tahun ini bisa ditambah 500 meter lagi menjadi 1.250 meter sehingga bisa didarati pesawat CN-235 dan Fokker dengan 35-60 penumpang," kata Fauzi.


Jalan raya dari Kota Jambi-Sungaipenuh pada ruas Muaratembesi-Sarolangun (104 km) kini dalam kondisi rusak berat. Ruas Bangko-Sungaipenuh (160 km), di beberapa lokasi rawan longsor dan badan jalan amblas. Ruas ini yang sebagian besar berada di Pegunungan Bukit Barisan, badan jalan sempit dengan bukit terjal di satu sisi dan
jurang yang dalam di sisi yang lain.

Banyak tikungan, tanjakan, dan turunan tajam sehingga sopir harus ekstra hati-hati, dan kendaraan tidak bisa dipacu lebih dari 60 km per jam.


MENGEMBANGKAN pariwisata Provinsi Jambi, khususnya Kabupaten Kerinci, tentu tidak cukup dengan FMPDK dan hanya bermodalkan keindahan alam, keramahtamahan penduduk, keunikan budaya, sejarah, seni tari, dan lagu yang rancak.

Pariwisata memerlukan sarana dan prasarana pendukung serta melibatkan semua pihak. Mulai dari sarana transportasi, biro perjalanan, keamanan, pemandu wisata, hotel, restoran, bank, hingga sarana komunikasi.

Untuk menunjang pariwisata di Kabupaten Kerinci, di Kota Sungaipenuh tersedia delapan hotel dengan 300 kamar lebih. Sedangkan di Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro, dekat dengan berbagai obyek wisata, ada enam home stay dan satu mes milik PT Perkebunan Nusantara VI yang bisa disewa. (NASRUL THAHAR)


Pariwisata Jambi. DARI GUNUNG KERINCI HINGGA BERBAK
Kompa - Sabtu, 20 Jan 2001

GUNUNG Kerinci adalah puncak tertinggi di Sumatera dan merupakan gunung api aktif tertinggi di Indonesia dengan tinggi 3.805 meter dari permukaan laut (dpl). Gunung ini merupakan bagian dari Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS). Cekungan kawahnya dari sisi ke sisi berukuran 600 x 100 meter persegi dengan daerah lava aktif yang berwarna hijau kekuning-kuningan 120 x 100 meter persegi.

Puncak gunung ini sangat sering tertutup kabut sehingga agak sulit dilihat dari kejauhan. Suhu udara di daerah puncak berkisar antara 5-10 derajat celcius, bahkan dapat mencapai di bawah 0 derajat celsius pada musim kemarau.

Untuk mencapai puncak Gunung Kerinci dari Desa Kersik Tuo dengan waktu tempuh 10-12 jam telah ada jalur pendakian berupa jalan setapak, dilengkapi papan keterangan dan interpretasi di beberapa lokasi. Desa Kersik Tuo berada sekitar 49 kilometer sebelah utara ibu kota Kabupaten Kerinci, Sungai Penuh. Waktu tempuh dari Sungai Penuh dengan kendaraan umum sekitar satu jam. Kegiatan yang umum dilakukan di gunung ini adalah mendaki gunung dan berkemah, pengamatan tumbuhan, satwa dan fenomena alam di sepanjang jalan setapak.

Kabupaten Kerinci memang sangat kaya dengan obyek wisata alam. Selain Gunung Kerinci di kabupaten paling barat Provinsi Jambi itu terdapat sekurangnya empat danau, yaitu Kerinci, Gunung Tujuh, Belibis, dan Lingkat. Danau Gunung Tujuh adalah danau vulkanik yang terbentuk akibat kegiatan gunung berapi di masa lampau, berada pada ketinggian 1.996 meter dpl dan merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara. Panjang danau 4.500 meter, lebar 3.000 meter dikelilingi tujuh gunung dengan puncak tertinggi 2.732 meter dpl.

Kompleks Danau Gunung Tujuh di Desa Pelompek, dapat dengan mudah dicapai dari Sungai Penuh dengan kendaraan umum selama satu jam. Di desa ini terdapat kantor Resor TNKS Pesisir Bukit. Danau Gunung Tujuh berjarak sekitar tujuh kilometer dari kantor, dapat dicapai dengan jalan kaki mendaki menyusuri jalan setapak yang ada selama tiga jam.

Ada pula Rawa Ladeh Panjang, rawa seluas 150 hektar ini merupakan lahan basah yang unik dan menarik, karena merupakan rawa gambut tertinggi di Sumatera dengan ketinggian 1.950 dpl. Obyek menarik lainnya, Bukit Tapan, sebelumnya merupakan cagar alam untuk perlindungan tipe ekosistem khas setempat. Di kawasan ini ditemukan
tegakan murni Pinus Kerinci (Pinus merkusii strain Kerinci).
***

SEKITAR 450 kilometer sebelah timur Gunung Kerinci, di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, terdapat taman nasional yang lain, yaitu Taman Nasional Berbak (TNB). Berbak adalah nama anak Sungai Batanghari yang menuju ke muara di pantai timur Sumatera. Berbak adalah juga nama sebuah delta yang diapit dua sungai, yaitu Sungai
Batanghari dan Sungai Berbak.

TNB ini, semula berstatus suaka marga satwa yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur Jenderal Hindia Belanda (Governement Besluit) Nomor 18 tanggal 29 Oktober 1935 yang diumumkan dalam Staatsblad Van Nederlandsch India Nomor 521 dengan luas 190.000 hektar. Kemudian dengan SK Menteri Kehutanan Nomor 285/KPTS-II/1992, kawasan ini ditetapkan sebagai taman nasional dengan luas 162.700 hektar.

Di tingkat internasional, berdasarkan Keppres Nomor 48 Tahun 1991 tanggal 19 Oktober 1991, Berbak ditetapkan dalam Undang-Undang RAMSAR. Yaitu undang-undang internasional yang melindungi lahan basar untuk menjamin pelestariannya, guna kepentingan internasional.

Pantai yang memiliki bakau dan berlumpur menyediakan makanan bagi berbagai jenis burung migran yang datang dari utara, Siberia, dan Cina menyelamatkan diri dari musim dingin antara Oktober hingga Januari setiap tahun. Jenis burung migran itu adalah, gegajahan (Numenius phaephus), Charadrius mongulus, Chadradrius leschennaulti,
blekek Asia (Caridris canutus), trinil Asia (Numenius madagascariensis), Xenus cinerus, dan beberapa jenis lainnya.

Keanekaragaman burung di TNB membuat taman nasional ini penting bagi internasional. Secara total telah diketahui terdapat 257 jenis burung (hampir setengah dari jumlah yang ada di Pulau Sumatera). Di antaranya terdapat jenis burung yang dilindungi, yaitu bebek hutan sayap putih lebih dikenal dengan nama mentok rimba (Cairina scutulata), bangau tongtong (Leptoptilos javanicus), dan seluruh burung raja udang yang ada di Sumatera (Alcedinidae spp). Ada pula bangau hitam (Ciconia stoemii), yang merupakan salah satu jenis bangau yang sangat langka di dunia serta sembilan dari sepuluh jenis burung enggang yang ada di Sumatera (Bucerotidae).

TNB merupakan tempat pelestarian keanekaragaman tumbuhan jenis palem terkenal dan paling banyak di Indonesia. Tidak kurang 27 jenis palem ditemukan di kawasan ini dan tercatat sepuluh jenis pandan. Jenis palem yang termasuk tanaman hias langka, adalah palem jenis daun payung (Johannesteijsmannia altrifrons). Di TNB juga ditemukan tanaman yang baru diketahui keberadaannya di Indonesia, yaitu lepidona kingii (Lorantaceae), berbunga besar berwarna merah ungu.

Potensi pariwisata yang menarik di TNB adalah berperahu menyusuri Sungai Air Hitam Dalam dan Air Hitam Laut untuk menikmati suasana keheningan hutan yang diselingi suara-suara binatang. Menyaksikan berbagai jenis burung dan monyet yang berada di kanan dan kiri sungai. Bermalam di pondok-pondok taman nasional di dalam hutan rawa primer dan siang hari berjalan ke dalam hutan melalui jalan setapak mempelajari ekosistem rawa pantai. Bird Watching, mengamati burung-burung dari sungai, pantai atau hutan dengan menggunakan teropong.

Berbeda dengan TNKS yang telah memperoleh publikasi luas, punya infrastruktur dan sudah sering dikunjungi oleh wisatawan, TNB masih sangat ketinggalan. Hingga kini belum ada jalan raya ke pinggir TNB, kecuali melalui anak sungai dengan perahu setelah menyusuri Sungai Batanghari atau dari pantai timur.

Meskipun punya potensi pariwisata luar biasa, tidak terlalu jauh dari Kota Jambi, hanya 100-150 kilometer, namun TNB sangat minim publikasi. Publikasi TNB yang cukup gencar adalah kegiatan perambahan, pencurian kayu, dan penebangan liar di kawasan konservasi itu. Pelaku perambahan itu sudah menghancurkan sekitar 30 persen
kawasan konservasi lahan basar itu.

OBYEK wisata lainnya adalah Kebun Raya Bukit Sari (KRBS). Kebun raya ini dirancang sebagai museum hidup dengan koleksi terlengkap dan sekaligus upaya konservasi tanaman tropis Sumatera dan Indonesia, bahkan mungkin Indonesia. Merupakan hamparan hutan sekunder seluas 300 hektar yang meliputi dua wilayah, yaitu Kabupaten Tebo 90 hektar dan Kabupaten Batanghari 210 hektar. Keistimewaan KRBS adalah, terdapatnya vegetasi asli yang digunakan sebagai zona inti yang dikelilingi oleh perkebunan kelapa sawit.

Kehadiran kebun raya ini berawal dari keinginan Bupati Bungotebo, Drs H Abdulmuthalib HS tahun 1987 agar dibentuk Taman Hutan Raya (THR) guna mempertahankan satu kawasan hutan primer di pinggir jalan. Waktu itu Bupati Thalib merasa cemas, anak cucu orang Jambi nantinya tidak mengetahui lagi, seperti apa hutan di kiri kanan jalan Jambi-Muarabungo dulunya. Alasannya, karena hampir di seluruh kiri
dan kanan jalan nasional dan jalan provinsi, hutan yang ada dibuka untuk dijadikan areal perkebunan, permukiman penduduk, dan ladang.

Sepuluh tahun kemudian, yaitu tahun 1997 Gubernur Jambi Drs H Abdurrachman Sayoeti mengusulkan THR Bukit Sari itu menjadi Hutan Wisata kepada Menteri Kehutanan. Kemudian, bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Kebun Raya Bogor, lokasi tersebut dikembangkan dan sejak Februari 1998 menjadi Kebun Raya Bukit Sari. KRBS ini berada di pinggir jalan raya Jambi - Muarabungo, sekitar 130 km sebelah barat Kota Jambi.

KRBS merupakan hutan sekunder, mempunyai vegetasi yang dalam keadaan baik. Pohon tertinggi mencapai 50-60 meter, diameter 60-70 sentimeter. Ada ratusan jenis pohon di kebun raya itu, antara lain, plajau (Pentaspadon montleyi), tenggeris (Koompassia malaccensis), meranti (Shorea spp), jelutung (Dyera costulata), kedondong (Dacryoides costata), kenari (Canarium hirsutum, C luteola) dan terap (Artocarpus spp). Di KRBS terdapat sejumlah pohon yang mempunyai potensi ekonomi, misalnya jelutung, gaharu (Aqualiria malaccensis, Gonystylus macrophyllus), tembesu (Fagraea fragrans), asam (Garcinia spp), kelat (Syzygium spp), meranti, merawan (Hopea mengarwan), medang (Litsea spp, Santiria sp), dan balam (Palaquium spp).
***

GARDENIA Ellis, bukan nama seorang gadis. Pohon dengan nama latin (Gardenia tubifera-Rubiaceae) ini merupakan salah satu pohon yang terdapat di KRBS. Gardenia sering juga disebut cempaka hutan (Palembang-Sumatera), delima hutan (Bangka). Bentuk bunganya besar dan menyerupai terompet, berwarna putih sampai kuning. Bunga gardenia biasanya mekar pada sore hari, mulai sekitar pukul 17.00 atau pukul 18.00 dengan mengeluarkan aroma yang menusuk hidung.

Pohon gardenia ellis tingginya sampai 25 sentimeter dengan garis tengah batang 25-35 sentimeter. Kulit batang halus, terkadang pecah-pecah atau sedikit bersisik, berlentisel, coklat keabu-abuan, kulit bagian dalam coklat pucat. Perbanyakan dilakukan dengan biji, setek, dan cangkok. Kayunya berpotensi sebagai peralatan bubut, ukiran kayu, dan perabotan rumah. Pohonnya berguna sebagai tanaman hias di tepi jalan, halaman rumah, dan taman kota. Bijinya untuk makanan tupai dan burung.

Di KRBS terdapat pula pohon randia L (Rubiaceae) atau Randia macrophylla. Nama randia dipakai untuk menghormati Isaac Rand, seorang pelopor Kebun Raya Chelsa. Bunga pada umumnya berbau harum. Nama daerahnya antara lain, kecubung rimba, kecubung hutan dan kayu tabat. Bunga randia berbentuk corong seperti kecubung (Datura spp), tumbuh di ketiak daun atau pucuk, berukuran sangat besar dan menggantung. Berbunga sepanjang tahun, bunga berkembang dan mekar pada sore hari pukul 18.00, beraroma sampai jarak 100 meter lebih. Di alam perbanyakannya dengan biji dan kegunaannya sebagai tanaman hias.

Ada banyak lagi obyek wisata di Provinsi Jambi. Di Kota Jambi ada Sungai Batanghari yang membelah kota yang sering digunakan untuk rekreasi, dan memancing. Lomba Perahu Bidar di Sungai Batanghari, biasanya dilaksanakan pada setiap ulang tahun Provinsi Jambi 6 Januari dan ulang tahun Kemerdekaan RI 17 Agustus. (Nasrul Thahar)


DANAU GUNUNG TUJUH, "RADIATOR" GUNUNG KERINCI
KOMPAS - Sabtu, 01 May 2004 Halaman: 32 Penulis: Mulyadi, Agus

PUNCAK Gunung Kerinci yang merupakan gunung berapi aktif tertinggi di Indonesia terlihat begitu dekat dari salah satu punggung Gunung Tujuh. Gunung Kerinci yang sendirian tinggi menjulang ke angkasa dan kawasan Gunung Tujuh dipisahkan oleh jalan raya yang menghubungkan Sungai Penuh, ibu kota Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, dengan Muara Labuh, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

BAGI para pendaki, Gunung Kerinci dengan puncaknya di ketinggian 3.805 meter di atas permukaan laut (dpl) memang seakan selalu menjadi tantangan. Akan tetapi, bagi pendaki amatiran yang sekadar ingin merasakan lelahnya berjalan menanjak melalui jalan setapak, kawasan Gunung Tujuh bisa mengobati impian menaklukkan puncak gunung tersebut.

Itulah yang dilakukan oleh sebagian besar pengunjung ke Kabupaten Kerinci, atau warga setempat yang dikitari Pegunungan Bukit Barisan itu. Pendakian ke Gunung Tujuh juga melelahkan karena jalan setapak melalui hutan perawan dengan kemiringan tajam hingga lebih dari 50 derajat.

Di kawasan Gunung Tujuh ini hidup berbagai jenis satwa khas Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), seperti harimau sumatera (Panthera tigris sumatrensis), siamang, beruang madu, babi hutan, tapir, bermacam burung, dan berbagai jenis kupu-kupu. Tumbuhan yang hidup di kawasan ini pun beragam dengan primadona berbagai jenis anggrek alam dan bunga kantong semar.

Akan tetapi, rasa lelah saat mendaki dipastikan lenyap saat tiba di lokasi tujuan wisata yang ada di kawasan Gunung Tujuh, yakni sebuah danau yang disebut Danau Gunung Tujuh.

Sebagian warga sekitar menyebutnya pula dengan nama Danau Dewa. Danau Gunung Tujuh adalah danau yang berada di ketinggian 1.950 meter dpl. Danau yang berada di dalam kawasan TNKS ini merupakan danau tertinggi di kawasan Asia Tenggara.

"Setiap akhir pekan, Sabtu dan Minggu, banyak yang naik ke Danau Gunung Tujuh. Mereka tidak hanya berasal dari Kerinci, tetapi juga wisatawan yang datang ke daerah ini," ujar Danuri, Kepala Pos TNKS Resor Gunung Tujuh, Minggu (25/4) pagi.

Pada Minggu pagi itu, misalnya, sebanyak 60 pelajar sekolah menengah pertama (SMP) asal Sungai Penuh bersama guru mereka mendaki untuk melihat danau di atas gunung tersebut. Mereka mendaki dalam satu rombongan melalui jalur pendakian jalan setapak yang terjal.

Selain mereka yang datang untuk mendaki, sebagian pengunjung lainnya memilih berkemah di lahan kosong sekitar pos jaga. Pada hari Sabtu mereka bisanya membuka perkemahan dan pulang pada hari Minggu. Setiap akhir pekan lokasi perkemahan itu selalu diisi oleh pengunjung, terutama dari kalangan remaja dan pelajar.

"Pada malam Tahun Baru, semua lokasi perkemahan ini penuh. Bahkan jalan masuk ke sini pun dipenuhi ratusan sepeda motor pengunjung yang ingin menyambut Tahun Baru di sini," ujar Danuri.

JALUR pendakian ke Danau Gunung Tujuh bisa melalui gerbang Pos TNKS di Desa Pelompek, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci. Di desa dengan ketinggian 1.600 meter dpl itu udara terasa dingin, terlebih lagi karena angin selalu bertiup kencang. Tanpa jaket atau baju tebal, angin dingin terasa menusuk tulang.

Pada malam hari, suhu udara di sekitar pos pendakian di Pelompek terasa jauh lebih dingin. Tanpa mengenakan jaket tebal, kaus kaki, dan selimut tebal, jangan harap bisa tidur nyenyak karena dinginnya udara.

Bagi pengunjung yang hendak mendaki ke Danau Gunung Tujuh lebih pagi, bisa memanfaatkan rumah penduduk di sekitar pos. Rumah tinggal yang sekaligus menjadi homestay tersebut bisa dipesan sebelum hari kedatangan, atau pada hari kedatangan itu juga jika kebetulan tidak ada pengunjung yang menginap.

Pengunjung bisa pula menginap di beberapa homestay di Desa Kersik Tuo yang terletak beberapa kilometer dari Pelompek. Pengunjung yang datang ke Kerinci juga bisa menginap di Sungai Penuh dan pagi-pagi menuju ke Pelompek, yang bisa ditempuh selama 90 menit perjalanan, sebelum mendaki ke Danau Gunung Tujuh.

Perjalanan dari gerbang pendakian menuju Danau Gunung Tujuh memakan waktu tempuh antara dua jam hingga tiga jam. Ada dua jalur pendakian, yakni melalui jalur lama yang lebih landai tetapi lebih jauh dan melalui jalur baru dengan kemiringan lebih curam hingga lebih dari 60 derajat namun lebih cepat.

Di ujung pendakian dari dua jalur itu, pengunjung harus melalui jalan setapak menurun yang tajam agar tiba di tepi Danau Gunung Tujuh. Di tempat inilah keajaiban alam bisa dilihat. Sebuah danau dengan panjang sekitar empat kilometer dan lebar tiga kilometer membentang di depan mata.

Danau dengan luas sekitar 12 kilometer persegi itu dikelilingi oleh enam gunung, yaitu Gunung Hulu Tebo dengan ketinggian 2.525 meter dpl, Gunung Hulu Sangir (2.330 meter dpl), Gunung Mandura Besi (2.418 meter dpl), Gunung Selasih (2.230 meter dpl), Gunung Jar Panggang (2.469 meter dpl), dan gunung dengan puncak paling tinggi, yaitu Gunung Tujuh (2.732 meter dpl).

Kepala Tata Usaha Balai TNKS Kholik menyebutkan, hingga kini belum diketahui pasti satwa air apa yang hidup di dalam danau tersebut.

Danau Gunung Tujuh di beberapa bagian juga memiliki pantai yang landai meskipun sebagian besar tepi danau merupakan tepian gunung yang sangat terjal. Di salah satu bagian bahkan terdapat pantai pasir putih yang landai.

Pantai pasir putih landai di dataran tinggi tersebut merupakan satu keunikan tersendiri yang dimiliki Danau Gunung Tujuh. Pantai pasir putih ini merupakan tempat yang cocok untuk berkemah, untuk melengkapi kenikmatan menyaksikan keindahan danau, terutama ketika Sang Surya terbit dari ufuk timur.

Pengunjung yang hendak menikmati panorama alam menawan lain di kawasan Danau Gunung Tujuh bisa pula datang ke Air Terjun Gunung Tujuh. Air terjun dengan ketinggian puluhan meter itu bersumber dari Danau Gunung Tujuh. Pengunjung yang ingin mencapai air terjun ini bisa melalui jalur setapak tidak jauh dari bekas wisma peristirahatan di dekat pos jaga di kaki gunung dengan waktu tempuh perjalanan
selama dua jam hingga tiga jam.

DANAU Gunung Tujuh dengan segala keindahan alam yang disimpannya hingga kini belum terusik tangan-tangan jahil. Hingga saat ini kawasan Gunung Tujuh adalah daerah yang masih utuh dan lestari.

Pihak Balai TNKS selalu mengingatkan pengunjung agar tidak mengambil, menangkap, atau membawa keanekaragaman hayati yang dimiliki kawasan ini. Kepada pengunjung selalu diingatkan pula untuk tidak mencorat-coret atau menorehkan apa pun di kawasan Gunung Tujuh. Mereka juga diingatkan untuk tidak sembarangan membuang sampah.

Tidak bisa dimungkiri, Danau Gunung Tujuh dan kawasan alam di sekitarnya merupakan salah satu primadona wisata di Kabupaten Kerinci. Dari begitu banyak lokasi wisata alam yang indah di kabupaten itu, Danau Gunung Tujuh menjadi lebih menonjol karena keunikan dan keindahan yang dimilikinya.

Seorang Polisi Hutan TNKS, Untung, dengan nada bercanda malah menyebutkan kekuatan lain Danau Gunung Tujuh. Danau itu disebutnya sebagai "radiator" yang menjadi pendingin Gunung Kerinci.

Karena ada Danau Gunung Tujuh di dataran tinggi yang berdekatan dengan Gunung Kerinci, maka gunung api aktif tertinggi di Indonesia itu tidak pernah meletus. Beberapa tahun ini Gunung Kerinci bahkan tidak pernah batuk-batuk, yang menandakan keaktifannya. Itu semua terjadi karena ada "radiator" Danau Gunung Tujuh yang menjadi pendingin "mesin" Gunung Kerinci. (AGUS MULYADI)

Gunung di Indonesia dan Puncak Tertinggi Dunia
JAWA: -*-Anjasmara (2.277 mdpl)-*- Argapura (3.088 mdpl)-*- Arjuno (3.339 mdpl) -*- Bromo (2.392 mdpl)-*- Bukit Tunggul (2.208 mdpl) -*- Ciremei (3.078 mdpl)-*- Cikuray (2.818 mdpl)-*- Galunggung (2.167 mdpl)-*- Gede (2.958 mdpl)-*- Guntur (2.249 mdpl)-*- Kembar I (3.052 mdpl)-*- Kembar II (3.126 mdpl)-*- Lawu (3.245 mdpl)-*- Semeru (3.676 mdpl)-*- Malabar (2.343 mdpl)-*- Masigit (2.078 mdpl) -*- Merapi (2.911 mdpl)-*- Merbabu (3.145 mdpl)-*- Pangrango (3.019 mdpl)-*- Papandayan (2.665 m)-*- Patuha (2.386 mdpl)-*- Penanggungan (1.653 mdpl)-*- Raung (3.332 mdpl), Salak (2.211 mdpl), Slamet (3.432 mdpl), Sumbing (3.336 mdpl)-*- Sundara (3.150 mdpl)-*- Tangkuban Perahu (2.084 mdpl)-*- Ungaran (2,050 mdpl)-*- Wayang (2.181 mdpl)-*- Welirang (3.156 mdpl)-*- Wilis (2.552 mdpl). SUMATRA:-*-Dempo (3159 mdpl)-*-Kerinci (3.805 mdpl)-*-Sibayak (2.212 mdpl)-*-Pesagi (2.262 mdpl)-*- Singgalang (2.877 mdpl)-*-Marapi (2,891.3 mdpl)-*-Tandikat (2438mdpl)-*-Leuser (3172 mdpl)-*- Perkison (2300 mdpl)-*- BALI: -*-Agung (3.142 mdpl), -*-NTB:-*-Rinjani (3.726 mdpl), NTT: Tambora (2.850 mdpl)-*- 14 PUNCAK GUNUNG TERTINGGI DUNIA: -*-Everest (8.848 mdpl)-*- K2 (8.611m)-*- Kangchenjunga (8.586) -*- Lhotse (8.516 mdpl)-*- Makalu (8.463 mdpl) -*- Dhaulagiri (8.167 mdpl) -*- Manaslu (8.091) -*- Cho Oyu (8.201 mdpl) -*- Nanga Parbat (8.125 mdpl) -*- Annapurna -*- (8.091 mdpl) -*- Gasherbrum I (8.068 mdpl) -*- BRoad Peak (8.047 mdpl) -*- Shisha Pangma (8.046 mdpl) -*- Gasherbrum II mdpl)-*-